Google Search

Wednesday, February 24, 2010

Poker?!

Facebook tidak pelak lagi adalah sebuah fenomena di dunia cyber dekade ini. Dengan kefleksibelannya, situs ini telah berhasil "menendang" beberapa situs ternama di dalam hal kepopuleran. Situs ini juga berhasil mengantarkan pemiliknya menjadi seorang multimilyuner di Amerika sana.

Di antara beragam fitur di Facebook ini, salah satu yang digemari banyak orang adalah aplikasinya. Saya pribadi juga merupakan penggemar aplikasi Facebook, terutama game ;-). Meski beberapa game memiliki fitur berbayar, namun hal ini tidak banyak mengganggu kenikmatan bermain karena hal tersebut adalah pilihan. Saya sendiri lebih suka gratisan (maklum, orang Indonesia :-P).

Kalau berbicara game di fB, pasti sebagian akan menyebut Texas HoldEm Poker dari Zynga.inc sebagai game yang sering mereka mainkan. Banyak orang (termasuk saya) di Indonesia yang memainkan game tipe gamble ini, bahkan mencari uang dengan menggunakan game ini. Bagaimana tidak, karena banyaknya peminat game ini, kebutuhan chip untuk bermain juga meningkat. Dan menurut hukum ekonomi, di mana ada permintaan di situ ada penawaran. Lahirlah para penjual chip untuk orang-orang yang sering sekali kalah dalam pertaruhan. Meski ilegal, hal ini menjadi sebuah kebiasaan di sekitar kita (setidaknya di sekitar saya).

Ada kebiasaan yang sering sekali ditunjukkan oleh para pemain game Poker ini. Kalau menang akan berteriak sekeras-kerasnya tanpa peduli tempatnya. Kalau kalah akan mengumpat (Kalau kalahnya besar naik tingkat jadi sumpah serapah) kekalahannya dan orang yang mengalahkan. Saya tidak termasuk ;-P. Sepertinya banyak yang pernah mengalaminya saat ber-online ria di warnet. Untuk mengekspresikan diri sih tidak masalah, tapi kalau kelebihan seperti berteriak bahkan mengumpat sepertinya terlalu berlebihan. Apa memang orang Indonesia kurang bisa mengendalikan emosi di dalam bermain di dunia maya ini? Padahal ini hanya sebuah mainan di dunia yang tidak nyata. Apakah karena mereka merasa rugi akibat chip yang digunakan itu dibeli dengan uang di dunia nyata? Siapa yang tahu. Padahal game ini dirancang untuk dimainkan dengan pelan-pelan, tapi sepertinya banyak yang tidak sabaran, ya. Padahal kalau menunggu beberapa hari, tetap bisa bermain dengan baik juga. Santai sajalah.

Sebenarnya 'fenomena' seperti ini bukan baru kali ini saja. Sudah pernah ada (banyak sekali) online game lain di Indonesia yang pemainnya juga menunjukkan perilaku seperti ini. Dan semuanya sama, memberikan rasa kurang nyaman untuk pengguna lainnya. Apa boleh buat, ini warnet, sih.

Sorry buat para pemain online game dan Poker, ya. Tapi ini nyatanya. Anggap ini cuma unek-unek biasa saja. kalau ada yang nyadar sih syukur ;-P.

Wednesday, February 17, 2010

Mahasiswa: Antara Ruang Kuliah, Jalanan, dan Tawuran

Mahasiswa, kila mendengarkan kata ini seketika kita akan mengingat sekelompok orang yang menuntut ilmu yang lebih tinggi dari masyarakat awam. Segala idealisme yang mereka anut. Segala paham yang mereka pegang. Segala impian yang dititipkan masyarakat awam pada mereka agar membangun bangsas ini dengan baik. Kesemuanya itu telah tertuang dalam sebuah pernyataan yang dikenal sebagai "Tri Dharma Perguruan Tinggi". Saya sendiri sebagai mahasiswa agak lupa-lupa ingat bunyinya, tetapi intinya adalah kewajiban mahasiswa untuk menuntut ilmu, mengabdi pada masyarakat. Satu lagi saya lupa (hehehehe).

Tapi yang dilihat masyarakat awam saat ini adalah hal yang sedikit banyak membuat tri dharma ini menjadi kabur. Seperti yang kali ini terjadi (lagi) di kampus saya sendiri. Tawuran antarfakultas hanya karena masalah sepele, biasanya karena saling ejek. Salah satu pihak merasa harga dirinya (atau fakultasnya) terhina dan dilukai, lalu melapor kepada kelompoknya untuk memberikan 'pelajaran baik, yang tidak akan ditemuklan di ruang kuliah. Atau karena salah satu pihak sengaja mencari gara-gara dengan memukul pihak lainnya. Dan sayangnya hal ini terjadi di seluruh Indonesia.

Ada ungkapan yang mengatakan kampus adalah miniatur dari masyarakat, sebuah masyarakat kecil yang menggambarkan masyarakat itu sendiri. Di dalam kampus genta demokrasi digaungkan, sehingga tidak heran mahasiswa seringkali turun ke jalan untuk bersuara. Dalam kampus juga berkembang pola pikir kritis dan ilmiah, di mana semua hal harus memiliki logika dan segala tindakan dilakukan dengan teliti. Dalam kampus yang sangat aristokrat dan ilmiah ini pula sikap barbar dan primitif, yang memang kadang kala dapat kita jumpai di lingkungan masyarakat, dapat kita lihat muncul sesekali bagaikan gejala penyakit yang kadang hilang kadang muncul. Ironis memang, tapi sepertinya dorongan dari "darah muda" yang menggelora dalam dada masih belum dapat diredam sepenuhnya.

Mahasiswa adalah suatu keironisan. Namun mahasiswa juga hari depan bangsa. Pilar masa depan bangsa. Mahasiswa yang mengaku nasionalis sebaiknya sejak sekarang menentukan arahnya sekarang. Apakah ingin mengemban mimpi dan harapan bangsa atau ingin menjadi penghancur bangsa sendiri.

Majulah pendidikan di Indonesia! Semoga saja idealisme mahasiswa tidak menghilang, di kala mereka berada dalam sistem masyarakat.......