Google Search

Tuesday, December 21, 2010

Semangat Natal (Kembali)

Lampu kelap-kelip. Hiasan hijau berbentuk daun. Pohon natal. Para Santa Claus dadakan (dan juga musiman). Diskon gila-gilaan dari berbagai pusat perbelanjaan. Musik bernuansa Natal di mana-mana. Ya, suasana Natal telah kembali. Tapi apakah ini adalah Natal yang sebenarnya?

Setelah 22 tahun lebih hidup di Bumi ini, saya telah melihat dan mengalami berbagai momen natal. Dan seringnya Natal terasa terlalu digembar-gemborkan dan sangat didayagunakan  oleh para pengusaha untuk meraup untnung sebanyak mungkin. Seperti halnya hari raya keagamaan lainnya di Indonesia.

Seringnya perayaan yang terlalu mewah dan meriah malah mengaburkan makna hari raya itu sendiri. Hari raya Idul Fitri yang terlalu meriah manghilangkan "kesederhanaan" yang terkandung didalamnya. Seperti yang biasa terlihat di Indonesia, mall-mall beramai-ramai mempromosikan event-event ini-itu. Bukannya merayakan kebersamaan, yang ada terkadang malah banyak yang menjadi individual. Dan Natal pun demikian. Saat harusnya inti Natal adalah kembalinya nyala harapan dalam diri kita, keadaan di sekitar kita malah mengartikan Natal sebagai "Sale Akhir Tahun". Bukannya mencoba merajut harapan baru, manusia malah dicekoki konsumerisme yang kadangkala sangat berlebihan.

Apakah sale dan kemeriahan dalam merayakan sebuah hari raya adalah tindakan yang salah? Tidak juga. Namun jika berlebih, itu yang salah. Alangkah baiknya dalam merayakan suatu hari raya kita mencoba untuk lebih menghayati maknanya, bukan terlalu larut dalam perayaannya. Alangkah baiknya kita berpikir masih banyak orang kurang mampu yang berada di sekitar kita yang butuh kita bantu. Mungkin terdengar terlalu idealis dan retoris, tapi ini adalah konsep nyata yang dapat dilakukan siapa saja. Jangan berpikir untuk menolong orang hanya dengan memberikan uang saja. Dengan mendoakan mereka agar mereka mendapatkan kegembiraan dan sukacita sehari saja sudah termasuk membantu mereka, meski tidak secara langsung.

Alangkah baiknya pula sebuah hari raya keagamaan dirayakan dalam suasana tenggang rasa. Tidak ada kericuhan antarumat beragama. Saling menghormati. Karena saling menghormati dan tenggang rasa tidak pernah bertentangan dengan ajaran agama manapun. Semoga hari raya yang menjelang nanti ini dapat menebarkan api harapan dalam tiap diri manusia dalam menjelang tahun yang baru. Selamat Natal bagi semuanya!

Yafeth T. B.

No comments: